
Kematian Kedua
Fa Aina Tazhabuun
‘Anda mau ke mana?‘
Ahmad Baqi Arifin
ISBN:
Ukuran: Unesco (15,5 x 23 cm)
Sinopsis: Dalam sebuah perjalanan spiritual pada jalur pengamalan tarekat, para salik, atau orang-orang yang menempuh perjalanan sunyi ini, mereka berada pada sebuah proses melanglang buana dalam mencari limpahan rahmat, larut dalam cahaya, mengembara masuk ke dalam ruang-ruang hakikat yang tak bertepi, menyelam dalam lautan rasa yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, dan mendapatkan berbagai pencerahan yang menerangi batinnya.
Seperti yang dikatakan oleh Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, ilmu tarekat adalah ilmu yang sangat halus, sangat dalam, dan tidak mudah, sebab ilmu inilah yang akan membuka tabir hijab yang berlapis-lapis, ada lapisan luar dan ada lapisan dalam.
Lapisan terluarnya itulah fikih, berisi hukum-hukum yang mengatur bagaimana kehidupan berhukum syariat secara umum. Lapisan berikutnya adalah tarikat yang memuat hukum-hukum yang bertaut dengan alam bawah sadar dan atas sadar, dalam menyambungkan rohaniah kepada kebesaran Allah SWT.
Pengalaman ekstase spiritual dalam ber-tarekat dimulai dengan bagaimana para salik mendapatkan pengalaman “mati” di dunia. Pada hakekatnya, dunia merupakan penjara bagi orang-orang beriman, mereka akan lepas dari penjara itu ketika maut datang menghampirinya, untuk kemudian membawanya kepada kehidupan yang sebenarnya, yaitu hidup bersama dengan Tuhan-nya. Di situlah kaum sufi menyelami makna estetik dari episode kematian.
Itulah pesan yang disampaikan oleh penulis dalam buku Kematian Kedua, Fa aina Tazhabun, di mana judul tersebut merupakan satu ungkapan dalam Al-Qur’an yang intinya adalah pertanyaan Tuhan kepada kita semua, bahwa kita mau pergi ke mana, tahukah kita ke mana tujuan kita, siapa teman berjalan kita, apa bekal yang kita bawa, kendaraan apa yang akan kita tumpangi, dan segudang misteri lagi yang masih tersimpan dalam kalimat singkat tersebut.
Buku ini merupakan sebuah bagian kecil dari berbagai pengalaman metafisika berupa ekstase yang dialami penulisnya, Ahmad Baqi Arifin, dalam menempuh jalan spiritual tarekatullah, yang dipelajarinya langsung dari sang kakek, Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.
Pada buku kedua dalam rangkaian buku trilogi ini, penulis berusaha menelaah tentang berbagai persoalan kehidupan yang membuat manusia menjauh dari ‘akarnya’, peran manusia di alam semesta, lalu berbicara tentang peran seorang guru ruhani dalam proses bagaimana seorang insan mengarungi kehidupannya, napak tilas pengembaraan dan pengalaman batin seorang pengamal tharikatullah, dan ditutup dengan sebuah contoh provokatif kisah seorang murid dalam titian panjang jalan penghambaan pada Tuhan.