Buku ini mengupas secara mendalam bagaimana struktur adat Dalihan Na Tolu—sebagai sistem sosial utama masyarakat Batak—membentuk pola relasi gender yang patriarkis dan mempengaruhi hak serta posisi perempuan dalam kehidupan adat dan sosial. Melalui analisis budaya, hukum adat, serta pengalaman hidup para perempuan Batak, buku ini menyoroti bagaimana nilai somba marhula-hula, manat mardongan tubu, dan elek marboru seringkali menempatkan perempuan pada posisi subordinat, terutama dalam hal pewarisan, pengambilan keputusan keluarga, dan peran domestik.
Meski demikian, buku ini tidak hanya menggambarkan sisi ketidaksetaraan. Penulis juga menelusuri bagaimana perempuan Batak mulai menegosiasikan ruang sosialnya, membangun kemandirian, menyeimbangkan tradisi dengan modernitas, dan memperoleh pengakuan atas kontribusinya dalam pendidikan, ekonomi, serta adat. Dengan pendekatan historis, sosiologis, dan antropologis, buku ini menghadirkan gambaran komprehensif mengenai dinamika perubahan peran perempuan dalam struktur masyarakat Batak masa kini.
Pada akhirnya, buku ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa adat Dalihan Na Tolu bukan sekadar sistem yang membatasi, tetapi juga ruang yang dapat direvitalisasi menuju relasi gender yang lebih setara tanpa meninggalkan identitas budaya Batak. Cocok untuk akademisi, pemerhati gender, mahasiswa, serta siapa pun yang ingin memahami hubungan antara budaya, patriarki, dan perjuangan perempuan dalam masyarakat adat.
